Sistem Ekonomi Islam
Dengan melakukan istiqra` terhadap hukum-hukum syara' yang menyangkut masalah ekonomi, akan dapat disimpulkan bahawa Sistem Ekonomi (an-nizham al-iqtishadi) dalam Islam mencakup pembahasan yang menjelaskan asas-asas yang membangun sistem ekonomi Islam terdiri dari atas tiga asas :
- bagaimana cara memperoleh kepemilikan harta kekayaan (al-milkiyah)?
- bagaimana pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki (tasharruf fil milkiyah)?
- bagaimana cara edaran kekayaan tersebut di tengah-tengah masyarakat (tauzi'ul tsarwah bayna an-naas)?
|
Pertama : Cara Pemilikan Harta Dalam Islam (Al-Milkiyah)
Sistem Ekonomi Islam berbeza sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan manusia. Sistem ekonomi Islam adalah sempurna kerana berasal dari wahyu, dan dari segi pemilikan, ia menerangkan kepada kita bahawa terdapat tiga jenis pemilikan:-
- Hak Milik Umum: meliputi mineral-mineral dalam bentuk pepejal, cecair dan gas termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati sama ada di dalam perut bumi atau di atasnya, termasuk juga segala bentuk tenaga dan intensif tenaga serta industri-industri berat. Semua ini merupakan hak milik umum dan wajib diuruskan (dikelola) oleh Daulah Islamiyah(negara) manakala manfaatnya wajib dikembalikan kepada rakyat
- Hak Milik Negara : meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara secara syar’ie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian, perdagangan dan aktiviti industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara membelanjakan perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat
- Hak Milik Individu: selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh dimiliki oleh individu secara syar’ie dan setiap individu itu perlu membelanjakannya secara syar’ie juga.
Kedua : Cara Pengelolaan Kepemilikan (At-Tasharruf Fi Al Milkiyah)
Secara dasarnya, pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki mencakup dua kegiatan, iaitu:-.
1) Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal)
Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta kekayaan yang telah dimiliki. Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam memberikan tuntunan bahawa harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infak fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah (harus). Dan hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli barang-barang yang haram seperti minuman keras, babi, dan lain-lain.
2) Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal)
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktiviti riba, judi, serta aktiviti terlarang lainnya.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil ummat. Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelolanya, namun Allah SWT telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan umum tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara mengelola dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara'.
Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara (Daulah Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal serta hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga telah memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk mengelola masing-masing kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang tertentu ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara’.
Ketiga : Cara Edaran Kekayaan Di Tengah Masyarakat (Tauzi'ul Tsarwah Tayna An-Naas)
Kerana edaran harta kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme edaran harta kekayaan terwujud dalam hukum syara’ yang ditetapkan untuk menjamin pemenuhan barang dan perkhidmatan bagi setiap individu rakyat. Mekanisme ini dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan (contohnya, bekerja) serta akad-akad muamalah yang wajar (contohnya jual-beli dan ijarah).
Namun demikian, perbezaan potensi individu dalam masalah kemampuan dan pemenuhan terhadap suatu keperluan, boleh menyebabkan perbezaan edaran harta kekayaan tersebut di antara mereka. Selain itu perbezaan antara masing-masing individu mungkin saja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam edaran harta kekayaan. Kemudian kesalahan tersebut akan membawa hanya harta kekayaan teredar kepada segelintir orang saja, sementara yang lain kekurangan, sebagaimana yang terjadi akibat penimbunan harta, seperti emas dan perak.
Oleh kerana itu, syara' melarang berputarnya kekayaan hanya di antara orang-orang kaya namun mewajibkan perputaran tersebut terjadi di antara semua orang. Allah SWT berfirman :
"Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu."
( Surah Al-Hasyr : 7)
Di samping itu syara' juga telah mengharamkan penimbunan emas dan perak (harta kekayaan) meskipun zakatnya tetap dikeluarkan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :
"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahawa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (Surah At-Taubah : 34)
Mekanisme Sistem Ekonomi Islam
Secara umum mekanisme yang ditempuh oleh sistem ekonomi Islam dikelompokkan menjadi dua, iaitu:-
1.Mekanisme Ekonomi
Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktiviti ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul mal) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluk). Berbagai cara dalam mekanisme ekonomi ini, antara lain :
- Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan dalam kepemilikan individu (misalnya, bekerja di sektor pertanian, industri, dan perdagangan)
- Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan harta (tanmiyah mal) melalui kegiatan investasi (misalnya, dengan syirkah inan, mudharabah, dan sebagainya).
- Larangan menimbun harta benda (wang, emas, dan perak) walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi pada ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat peredaran kerana tidak terjadi perputaran harta.
- Mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di satu daerah tertentu saja misalnya dengan memeratakan peredaran modal dan mendorong tersebarnya pusat-pusat pertumbuhan.
- Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat menjamin pasaran.
- Larangan judi, riba, rasuah, pemberian barang dan hadiah kepada penguasa. Semua ini akan mengumpulkan kekayaan pada pihak yang kuat semata (seperti penguasa atau koperat).
- Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang milik umum (al- milkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang galian, minyak, elektrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat.
2.Mekanisme Non-Ekonomi
Mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak melalui aktiviti ekonomi yang produktif, melainkan melalui aktiviti non-produktif, misalnya pemberian (hibah, sedekah, zakat, dll) atau warisan. Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk melengkapi mekanisme ekonomi. Iaitu untuk mengatasi peredaran kekayaan yang tidak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata.
Mekanisme non-ekonomi diperlukan baik kerana adanya sebab-sebab alamiah maupun non-alamiah. Sebab alamiah misalnya keadaan alam yang tandus, badan yang cacat, akal yang lemah atau terjadinya musibah bencana alam. Semua ini akan dapat menimbulkan terjadinya gangguan ekonomi dan terhambatnya edaran kekayaan kepada orang-orang yang memiliki keadaan tersebut. Dengan mekanisme ekonomi biasa, edaran kekayaan boleh tidak berjalan kerana orang-orang yang memiliki hambatan yang bersifat alamiah tadi tidak dapat mengikuti kegiatan ekonomi secara normal sebagaimana orang lain. Bila dibiarkan saja, orang-orang itu, termasuk mereka yang tertimpa musibah (kecelakaan, bencana alam dan sebagainya) makin terpinggirkan secara ekonomi. Mereka akan menjadi masyarakat yang miskin terhadap perubahan ekonomi. Bila terus berlanjutan, boleh menyebabkan munculnya masalah sosial seperti jenayah (curi, rompak), rogol (pelacuran) dan sebagainya, bahkan mungkin revolusi sosial.
Mekanisme non-ekonomi juga diperlukan kerana adanya sebab-sebab non-alamiah, iaitu adanya penyimpangan mekanisme ekonomi. Penyimpangan mekanisme ekonomi ini jika dibiarkan akan boleh menimbulkan ketimpangan edaran kekayaan. Bila penyimpangan terjadi, negara wajib menghilangkannya. Misalnya jika terjadi monopoli, hambatan masuk, baik administratif maupun non-adminitratif-- dan sebagainya, atau kejahatan dalam mekanisme ekonomi (misalnya penimbunan), harus segera dihilangkan oleh negara.
Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-tawazun) ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa cara. Penedaran harta dengan mekanisme non-ekonomi antara lain adalah :
- Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan.
- Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik.
- Pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu kepada yang memerlukan.
- Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-lain.
Prinsip Syariah Dalam Perbankan Islam
Perbankan Islam mempunyai tujuan yang sama dengan perbankan konvensional melainkan operasinya adalah berlandaskan prinsip Syariah, yang dikenali sebagai Fiqh al-Muamalat (peraturan-peraturan Islam di dalam urus niaga). Prinsip dasar perbankan Islam ialah perkongsian untung dan rugi dan larangan ke atas riba (faedah).
Di antara konsep-konsep Islam yang selalu diguna pakai di dalam perbankan Islam ialah:
- perkongsian untung (Mudharabah)
- simpanan (Wadiah)
- usaha sama (Musyarakah)
- kos tokok (Murabahah)
- sewaan (Ijarah).
- pembelian pra-bayar (Bai' Salam)
- Bai' Bithaman Ajil
- Qardh Al Hassan
Mudharabah (perkongsian untung) ialah pengaturan atau perjanjian di antara pemberi modal dan pengusaha projek di mana pengusaha projek boleh menggunakan dana bagi menjalankan aktiviti perniagaan beliau. Sebarang keuntungan yang diperoleh akan dibahagi di antara pemberi modal dan pengusaha projek tersebut mengikut nisbah yang telah dipersetujui sementara kerugian akan ditanggung seluruhnya oleh pemberi modal.
Wadiah atau simpanan adalah konsep perbankan Islam yang hampir sama dengan konsep akaun simpanan dalam perbankan konvensional. Dalam konsep Wadiah, bank dianggap sebagai penjaga dan pemegang amanah dana.
Seseorang pendeposit akan mendepositkan dana ke dalam bank dan bank akan menjamin pembayaran balik kesemua amaun deposit berkenaan, atau sebahagian daripada amaun belum jelas apabila pendeposit memintanya. Pendeposit mungkin akan diberikan 'hibah' (hadiah), atas budi bicara bank, sebagai satu bentuk penghargaan kerana membenarkan penggunaan dana pendeposit oleh bank.
Musyarakah atau usaha sama merupakan konsep perbankan Islam yang biasanya diguna pakai bagi perniagaan perkongsian atau perniagaan usaha sama untuk sesuatu perusahaan perniagaan. Keuntungan yang diperoleh akan dikongsi bersama berdasarkan nisbah yang telah dipersetujui manakala kerugian akan ditanggung berdasarkan nisbah sumbangan modal.
Murabahah atau kos tokok (bahasa Arab: مرابحه) ditakrifkan sebagai penjualan barangan, yang tidak melanggar syariah, pada harga yang termasuk margin keuntungan yang dipersetujui oleh kedua-dua penjual dan pembeli. Antara syarat adalalah harga belian dan jualan, kos-kos lain serta margin keuntungan hendaklah dinyatakan dengan jelas semasa perjanjian jualan dilaksanakan.
Konsep ini melibatkan dua kontrak yang berasingan. Kontrak pertama ialah kontrak Ijarah (pemajakan/menyewa) akan ditandatangani terlebih dahulu sebelum kontrak kedua iaitu kontrak Bai' (belian) dimeterai.
Sebagai contoh, di bawah kemudahan pembiayaan kereta, pelanggan akan memasuki kontrak pertama dan memajak kereta tersebut daripada pemilik (bank) pada kadar sewa yang telah dipersetujui untuk suatu tempoh tertentu. Pada akhir tempoh pemajakan, kontrak kedua akan dikuatkuasakan bagi membolehkan pelanggan membeli kenderaan tersebut pada harga yang telah dipersetujui.
Bai Bithaman Ajil(perjanjian jual beli balik) atau BBA merupakan konsep perbankan Islam yang digunakan dalam pembiayaan sewa beli atau pembelian insurans. Di bawah konsep ini, bank memberi pembiayaan kepada pelanggan untuk memiliki harta atau perkhidmatan dengan membeli aset kepunyaan pelanggan atau daripada 'vendor' dengan harga tunai dan kemudiannya menjual kembali aset tersebut kepada pelanggan dengan harga belian ditambah keuntungan.
Pelanggan boleh membayar balik secara tangguh atau ansuran dan jumlah bayaran bergantung kepada:
- jumlah kos belian yang terlibat
- risiko pembayaran
- tempoh perjanjian
Kaedah BBA dianggap sebagai kaedah pembiayaan yang menggantikan kaedah pembiayaan berdasarkan pinjaman yang diamalkan oleh sistem perbankan konvensional.
Kaedah pembiayaan BBA diperkenalkan di Malaysia oleh Bank Islam Malaysia Bhd (BIMB) yang mula beroperasi pada 13 Mei 1983. Kaedah BBA ini walau bagaimanapun tidak diiktiraf oleh bahagian dunia lain yang mengamalkan perbankan Islam yang lebih selesa menggunakan kaedah murabahah atau kos tokok.
Pengarah Urusan BIMB ketika itu, Dato' Abdul Halim Ismail menjustifikasikan penggunaan BBA berdasarkan ayat 282 Surah Al-Baqarah yang bermaksud: "Wahai orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk tempoh yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menulisnya."
Di sini, beliau berhujah al-Quran membenarkan kaedah jualan bayaran tertangguh sebagai alternatif kepada kaedah pembiayaan hutang sistem perbankan konvensional.
Kontroversi
Mahkamah Tinggi dalam keputusan penghakiman bertulis Hakim Datuk Abdul Wahab Patail pada 18 Julai 2008 memutuskan bahawa aplikasi kaedah Bai Bithaman Ajil yang banyak digunakan dalam kontrak pembiayaan pembelian rumah Islam adalah bertentangan dengan Akta Bank Islam 1983.
Kaedah pembiayaan BBA merupakan produk utama Bank Islam Malaysia Bhd yang juga merupakan produk utama perbankan Islam di Malaysia. Di Malaysia, dianggarkan hampir 70 peratus pembiayaan Islam diberikan mengikut konsep BBA. Implikasi penghakiman ini dijangka akan menyebabkan bank dan institusi kewangan Islam mengkaji semula segala perjanjian pembiayaan berasaskan BBA yang dibuat dengan pelanggan. Malahan, Bank Negara Malaysia dalam pekeliling kepada ketua-ketua eksekutif perbankan Islam pada 8 September 2008 menasihati mereka agar melihat semula penggunaan BBA.
Qardh al-Hasan (pinjaman ihsan) merupakan pinjaman ikhlas atau pinjaman yang tidak melibatkan faedah atau syarat tambahan pada saat pengembalian pinjaman. Walau bagaimanapun pemimjam boleh, mengikut budi bicaranya, membayar balik tambahan wang yang lebih banyak daripada wang yang dipinjam sebagai tanda berterima kasih. Pinjaman jenis ini tidak dikira melanggar syariah (dengan melibatkan riba) kerana tiada perjanjian untuk membayar lebih atau riba
Institusi Kewangan Di Malaysia
Bank Islam Malaysia Berhad (MYX: BIMB) menjadi penerajui di dalam dunia Perbankan Islam. Mula beroperasi sebagai Bank Islam Malaysia yang terulung pada 1 Julai 1983, penubuhannya pada asasnya adalah khusus untuk memenuhi keperluan kewangan orang Islam dan masyarakat amnya, di negara ini.
Ditubuh dengan modal yang disahkan sebanyak RM500 juta dan modal berbayar sebanyak RM79.9 juta, modal sah dan berbayar bank ini telah beransur meningkat ke angka RM2 bilion dan RM563 juta pada tahun 2000 bagi menampung pertumbuhan aset dan juga untuk perancangan perkembangan masa depan.
Disenaraikan di papan Bursa Saham Kuala Lumpur (KLSE) pada 17 Januari 1992, Bank Islam telah berkembang sebagai sebuah institusi kewangan yang disegani di negara ini. Dengan 89 buah cawangan di seluruh negara, bank ini menawarkan 50 pelbagai produk dan perkhidmatan Perbankan Islam yang inovatif dan canggih, setanding dengan yang ditawarkan oleh perbankan konvensional.
Bank Islam turut membabitkan diri dalam perkembangan sektor kewangan Islam yang berkaitan dengan perbankan, insuran (takaful), pelaburan saham, penyewaan beli, penyelidikan dan latihan serta perkhidmatan perbankan Islam yang berkaitan. Kerjasama yang sinegistik di antara Bank Islam dan anak syarikatnya telah membawa perkembangan di dalam sistem kewangan Islam di Malaysia.
Peranan Bank Islam adalah untuk merealisasikan impian Malaysia dalam menubuhkan dan memperkembangkan sistem kewangan Islam yang moden dan setanding serta sebagai altenatif kepada sistem konvensional yang sedia ada. Pengenalan kepada perbankan Islam, satu komponen penting di dalam sistem kewangan Islam, adalah juga jejak pertama untuk merealisasikan cita-cita negara.
Cerita kejayaan Bank Islam yang inovatif ini adalah satu pencapaian di dalam sistem kewangan Islam keseluruhannya. Peranannya dalam meningkatkan serta memperkembangkan perbankan Islam telah menjadikan Bank Islam sebagai satu tarikan di sektor perbankan, dan seterusnya menjadikan Malaysia sebagai tumpuan antarabangsa dalam perbankan Islam.
Laporan Semasa BIMB
BIMB Holdings Bhd mencatatkan kerugian sebelum zakat dan cukai sebanyak RM4.512 juta bagi suku pertama yang berakhir pada 30 Sept, 2005, daripada keuntungan sebelum cukai sebanyak RM26.367 juta pada suku yang sama tahun lepas.Laman utusan 23 Disember 2005.
Kerugian berkenaan dicatatkan daripada 35 peratus kenaikan dalam perolehan sebanyak RM286.597 juta berbanding RM212.927 juta sebelumnya, katanya semasa memaklumkan kepada Bursa Malaysia di sini hari ini.
Ia berkata kerugian bagi suku berkenaan disebabkan oleh pengurangan pinjaman tidak berbayar (NPL) yang lebih tinggi sebanyak RM100.72 juta berbanding dengan RM30.11 juta pada 2004, sebahagiannya disebabkan oleh peruntukkan tambahan bagi portfolio pembiayaan cawangan Bank Islam Labuan luar pesisir sebanyak kira-kira RM42.40 juta.
Dari segi prospek, BIMB berkata kumpulan menjangkakan operasi menguntungkan sebelum sebarang peruntukan terhadap NPL bagi tahun kewangan berikutnya dengan sumbangan utama daripada segmen perbankan dan Takaful.
Bagaimanapun, NPL pada kumpulan perbankan dijangka memberi kesan sedikit kepada pendapatan kumpulan di masa depan.
|
Bentuk terawal aktiviti perbankan Islam diketahui bermula pada bulan September 1963 dengan tertubuhnya Perbadanan Wang Simpanan Bakal-Bakal Haji (PWSBH). PWSBH telah ditubuhkan untuk dijadikan institusi bagi umat Islam membuat simpanan sebagai persediaan mengerjakan ibadat Haji ke tanah suci Mekah. Pada tahun 1969, PWSBH telah bergabung dengan Pejabat Urusan Haji bagi membentuk Lembaga Urusan dan Tabung Haji (kini dikenali sebagai Lembaga Tabung Haji).
Bank Islam pertama telah ditubuhkan pada tahun 1983. Pada tahun 1993, bank perdagangan, bank saudagar dan syarikat kewangan mula dibenarkan untuk menawarkan produk-produk dan perkhidmatan perbankan Islam di bawah Skim Perbankan Tanpa Faedah (SPTF). Walau bagaimanapun, institusi-institusi ini dikehendaki mengasingkan dana dan aktiviti urus niaga perbankan Islam daripada urus niaga perbankan konvensional bagi memastikan tiada percampuran dana.
Prinsip Syariah dalam Perbankan Islam
Perbankan Islam mempunyai tujuan yang sama dengan perbankan konvensional melainkan operasinya adalah berlandaskan prinsip Syariah, yang dikenali sebagai Fiqh al-Muamalat (peraturan-peraturan Islam di dalam urus niaga). Prinsip dasar perbankan Islam ialah perkongsian untung dan rugi dan larangan ke atas riba (faedah).
Di antara konsep-konsep Islam yang selalu diguna pakai di dalam perbankan Islam ialah:
- perkongsian untung (Mudharabah)
- simpanan (Wadiah)
- usaha sama (Musyarakah)
- kos tokok (Murabahah)
- sewaan (Ijarah).
Tabung Haji
Tabung Haji ialah singkatan bagi 'Lembaga Urusan dan Tabung Haji' (LUTH) Malaysia yang peranan asalnya menguruskan perjalanan jemaah haji dari Malaysia pergi ke Mekah setiap tahun. Bangunan pejabat utama Tabung Haji terletak di Jalan Tun Abdul Razak, Kuala Lumpur , Malaysia . Tabung Haji merupakan institusi kewangan yang terbukti berkesan menguruskan perbelanjaan pergi dan balik dari Mekah . Rakyat Malaysia tidak perlu lagi bimbang dengan sistem bank konvensional yang riba dan tidak perlu lagi bergolok-gadai tanah sawah untuk pergi ke Mekah.
Latar Belakang TH
Bertepatan dengan konsep Islam sebagai "Ad deen" agama untuk dunia dan akhirat, setiap ibadah yang difardhukan oleh Allah s.w.t. memberi manfaat dunia dan akhirat. Atas iktikad mengerjakan haji, umat Islam terdorong mengumpulkan wang bagi membolehkan mereka berkemampuan memenuhi perbelanjaan ke Tanah Suci.
Bagi mengelakkan unsur riba' yang haram di sisi Islam, berbagai kaedah tradisional menyimpan wang diamalkan. Ada juga yang menjual ternakan dan harta benda warisan bagi mencukupkan perbelanjaan ke Tanah Suci, yang mana akhirnya mengakibatkan tekanan ekonomi ke atas diri sendiri dan keluarga, semasa dan sekembalinya mereka dari menunaikan fardhu haji. Amalan ini juga secara tidak langsung turut merosakkan struktur ekonomi luar bandar serta mengancam pertumbuhan ekonomi negara.
Atas kesedaran dan keinsafan ini, serta bagi membantu mereka menyimpan sedikit demi sedikit tanpa melibatkan perkara-perkara yang haram, Perbadanan Wang Simpanan Bakal-bakal Haji ditubuhkan pada bulan November tahun 1962, dan beroperasi pada 30 September tahun 1963. Perbadanan ini wujud hasil penerimaan kertas kerja Yang Mulia Profesor Di Raja Ungku Aziz bertajuk "Rancangan Membaiki Ekonomi Bakal-bakal Haji" pada tahun 1959.
Untuk mempertingkatkan lagi perkhidmatan dan kemudahan kepada bakal-bakal haji, dalam tahun 1969 perbadanan tersebut dicantumkan dengan Pejabat Urusan Hal Ehwal Haji yang beroperasi di Pulau Pinang, dan dengan itu lahirlah Lembaga Urusan dan Tabung Haji atau ringkasnya Tabung Haji, yang ditubuhkan di bawah Akta 8, Akta Lembaga Urusan dan Tabung Haji 1969 dengan tujuan untuk :
- Membolehkan orang-orang Islam menyimpan secara beransur-ansur bagi memenuhi perbelanjaan menunaikan fardhu haji atau lain-lain perbelanjaan bermanfaat;
- Membolehkan orang-orang Islam melalui wang simpanan mereka mengambil bahagian yang lebih berkesan di bidang penanaman modal melalui cara yang halal di sisi Islam; dan
- Memberi perlindungan, pengawalan dan kebajikan kepada jemaah haji yang menunaikan fardhu haji dengan menadakan pelbagai kemudahan dan perkhidmatan.
- Merasaskan kepada tujuan-tujuan itu Tabung Haji telah menetapkan matlamatnya iaitu memberi perkhidmatan yang baik, sempurna dan amat memuaskan kepada jemaah haji Malaysia dalam urusan menunaikan fardhu haji; memberi keuntungan yang maksimum kepada pendeposit-pendeposit atas wang simpanan mereka.
- Kenyataan ini adalah jelas menunujukkan bahawa Tabung Haji ditubuhkan bukan sahaja untuk menguruskan pemergian jemaah haji ke Tanah Suci, malah ia juga berfungsi sebagai suatu badan alternatif kepada umat Islam Malaysia untuk menyimpan wang sambil melabur secara halal dan mengikut lunas-lunas Islam.
- Sebagai sebuah badan yang berunsurkan korporat Tabung Haji amat peka dengan perkembangan dan perubahan yang melanda dunia di era 90an. Demi menjamin kesinambungan daya saingnya dalam era globalisasi satu kajian telah dibuat dalam tahun 1995 bagi meluaskan lagi skop dan peranan Tabung Haji. Dari itu, pada 1 Jun 1995 akta baru Tabung Haji iaitu Akta 535, Akta Lembaga Tabung Haji 1995 dikuatkuasakan yang memansuhkan akta lama dan nama Lembaga Urusan dan Tabung Haji digantikan dengan Lembaga Tabung Haji pada 28 Ogos 1997, dan serentak dengan itu huruf TH diperkenalkan sebagai singkatan nama menggantikan perkataan Tabung Haji.
Logo Tabung Haji
Pembaharuan dan peralihan dunia korporat ke alam global telah mengajak TH untuk turut sama mara ke arah globalisasi perkhidmatan yang berkesan. Setelah dikuatkuasakan akta baru dalam tahun 1995 yang menyediakan ruang dan peluang untuk memberikan perkhidmatan secara global, maka pada 28 Ogos 1997, TH telah melancarkan logo korporatnya yang baru yang lebih bersifat semasa dan terkini dengan ciri-ciri tersendiri.
- Logo TH yang condong ke sebelah kanan menggambarkan bahawa TH tidak statik malah sentiasa positif dalam usaha-usaha ke arah pencapaian segala misi dan cita-citanya. la sentiasa selari dan seiring dengan perkembangan-perkembangan sistem dalam pengurusan haji, kepelbagaian kegiatan pelaburan dan perisian teknologi.
- Huruf ( ta ha) adalah kependekan perkataan-perkataan Tabung Haji di dalam bahasa Arab.
- Huruf dan TH ditimbulkan bagi melambangkan huruf-huruf identiti Tabung Haji. Bentuk segi empat logo ini melambangkan Ka'abah yang menjadi arah tuju dan tumpuan sembahyang seluruh umat Islam di dunia. Dalam hal ini, TH akan terus menyeru dan menggalakkan orang di Malaysia untuk melawat Ka'abah bagi tujuan haji dan umrah.
- Sementara itu, perkataan 'Tabung Haji' diletakkan bersebelahan dengan logo ini pada bahagian kanan yang turut disertai di bawahnya dengan kalimah Arab, 'Haiyya Alal Falah' (Mari menuju kejayaan).
Maklumat Warna
- Hitam Menunjukkan warna ka'abah apabila ia diselubungi oleh kain Kiswa
- Hijau Menunjukkan warna korporat TH
- Putih Melambangkan kebersihan dalam Islam dan ia menjadi asas dalam segala aktiviti TH
Misi dan Visi Korporat
Lembaga Tabung Haji sebagai sebuah organisasi Islam yang dinamik dan prihatin dalam pengurusan dan pengendalian haji dan umrah yang sempurna serta berhemat dalam penggembelengan segala sumber untuk pengukuhan ekonom ummah, beriltizam melaksanakan dan mencapai wawasan ini dengan :
- Memberikan perkhidmatan yang cekap dan cemerlang kepada pelanggan.
- Mengamalkan semangat berpasukan yang beramanah, profesional, produktif dan berhemah tinggi.
- Beriktikad memberikan pulangan yang tinggi dan setanding dengan pasaran.
- Menggunakan teknologi dan sistem terkini untuk pengurusan dan perkhidmatan yang berkualiti.
Pengurusan TH
TH diuruskan oleh tiga badan berikut:
Aktiviti TH
TH beroperasi berlandaskan tiga aktiviti utama iaitu:
- Tabungan Menyediakan Perkhidmatan tabungan untuk umat Islam.
- Pelaburan Pelaburan Dana yang terkumpul dan Pengawasan fungsi pelaburan.
- Haji Perkhidmatan Haji tanah air dan di tanah suci.
Dividen TH
Tahun 2007
Pada 6 Februari 2008, Tabung Haji hari ini mengumumkan pemberian dividen sebanyak tujuh peratus kepada kira-kira 4.2 juta pendeposit aktifnya bagi tahun 2007, iaitu dividen yang tertinggi sejak tujuh tahun lalu. Kadar dividen itu meliputi lima peratus dividen tahunan dan dua peratus lagi dividen khas yang pertama kali diberikan kepada pendeposit Tabung Haji. Pembayaran dividen itu akan dikreditkan ke dalam akaun pendeposit pada 10 Februari 2008.
Tahun 2008
Pada tahun 2008 hanya dividen sahaja diberikan sebanyak 5% dan pada 30 September 2009 Lembaga Tabung Haji (TH) akan membayar bonus interim sebanyak 2.25 peratus bagi setengah tahun pertama 2009 kepada 4.7 juta pendepositnya. Pembayaran sebanyak RM465 juta itu akan dikreditkan ke dalam akaun pendeposit di seluruh negara pada 5 Oktober 2009.
Tabung Haji dimulakan berasaskan dana RM152,000 sumbangan kerajaan di peringkat penubuhannya, hari ini jumlah deposit TH telah berkembang mencecah RM23 bilion,
Tiada ulasan:
Catat Ulasan